SYAFAAT NABI ﷺ BAGI SAHABATNYA YANG SEDANG JATUH CINTA PADA MANTAN
&
KEZUHUDAN NABI ﷺ
=====
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
=====
-----
DAFTAR ISI :
- PEMBAHASAN PERTAMA : SIKAP & JAWABAN NABI ﷺ TERHADAP SEORANG ISTRI SAHABAT YANG INGIN BERCERAI, KARENA INGIN KEMBALI LAGI KE SUAMI YANG SEBELUMNYA
- PEMBAHASAN KEDUA : SIKAP DAN SYAFAAT NABI ﷺ TERHADAP SEORANG SAHABAT YANG MASIH MENCINTAI MANTAN ISTRINYA DAN BERKEINGINAN UNTUK MENGEMBALIKANNYA.
- PROSES MEMERDEKAKAN BARIRAH radhiyallahu ‘anha ( ISTRI MUGHITS ) DARI PERBUDAKAN :
- MAKANAN BARIRAH radhiyallahu ‘anha (Budak yg dimerdekakan Aisyah radhiyallahu ‘anha) LEBIH ENAK & LEZAT DARI PADA MAKANAN NABI ﷺ :
- PEMABAHASAN KE TIGA : SYAFAAT NABI ﷺ UNTUK PRIA YANG SUSAH DAPAT JODOH KARENA BURUK RUPA
- PEMBAHASAN KE EMPAT : KEZUHUDAN NABI ﷺ , PADAHAL BELIAU ﷺ SANGAT MAMPU
******
BISMILLAH
Ada tiga pembahasan :
PEMBAHASAN PERTAMA :
SIKAP & JAWABAN NABI ﷺ TERHADAP SEORANG ISTRI SAHABAT YANG INGIN BERCERAI , KARENA INGIN KEMBALI LAGI KE SUAMI YANG SEBELUMNYA
PERTAMA : Riwayat imam Muslim : Dari ‘Urwah bin Az-Zubair :
أَنَّ رِفَاعَةَ الۡقُرَظِيَّ طَلَّقَ امۡرَأَتَهُ فَبَتَّ طَلَاقَهَا، فَتَزَوَّجَتۡ بَعۡدَهُ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ الزَّبِيرِ، فَجَاءَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهَا كَانَتۡ تَحۡتَ رِفَاعَةَ فَطَلَّقَهَا آخِرَ ثَلَاثِ تَطۡلِيقَاتٍ، فَتَزَوَّجۡتُ بَعۡدَهُ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ الزَّبِيرِ، وَإِنَّهُ وَاللهِ، مَا مَعَهُ إِلَّا مِثۡلُ الۡهُدۡبَةِ، وَأَخَذَتۡ بِهُدۡبَةٍ مِنۡ جِلۡبَابِهَا. قَالَ: فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ ضَاحِكًا. فَقَالَ: (لَعَلَّكِ تُرِيدِينَ أَنۡ تَرۡجِعِي إِلَى رِفَاعَةَ. لَا، حَتَّىٰ يَذُوقَ عُسَيۡلَتَكِ وَتَذُوقِي عُسَيۡلَتَهُ). وَأَبُو بَكۡرٍ الصِّدِّيقُ جَالِسٌ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَخَالِدُ بۡنُ سَعِيدِ بۡنِ الۡعَاصِ جَالِسٌ بِبَابِ الۡحُجۡرَةِ لَمۡ يُؤۡذَنۡ لَهُ. قَالَ: فَطَفِقَ خَالِدٌ يُنَادِي أَبَا بَكۡرٍ: أَلَا تَزۡجُرُ هٰذِهِ عَمَّا تَجۡهَرُ بِهِ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟
“Bahwa ‘Aisyah istri Nabi ﷺ mengabarkan kepadanya:
Bahwa Rifa’ah Al-Qurazhi menceraikan istrinya hingga pisah dan tidak bisa kembali, lalu setelah itu istrinya menikah dengan ‘Abdurrahman bin Az-Zubair. Lalu wanita tersebut datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata :
“ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dahulu adalah istri Rifa’ah, lalu ia menceraikan aku sampai talak tiga. Setelah itu, aku menikah dengan ‘Abdurrahman bin Az-Zubair. Demi Allah, tidaklah yang ada bersamanya ( yakni : kemaluannya ) kecuali seperti rumbai ( ujung kain )“. Lalu dia memegang rumbai jilbabnya.
Rasulullah ﷺ tersenyum lalu bersabda : “Jangan-jangan engkau ini ingin kembali ke Rifa’ah. Itu Tidak boleh, sampai kamu betul-betul telah merasakan madu kecilnya dia dan dia pun merasakan madu kecilnya kamu ( yakni : berjima’ ) ."
Ketika itu, Abu Bakr Ash-Shiddiq duduk di dekat Rasulullah ﷺ, sementara Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash duduk di luar pintu kamar belum diizinkan masuk. Khalid berseru kepada Abu Bakr :
“ Tidakkah engkau melarang wanita ini dari ucapan yang ia jaharkan (tentang suaminya) di dekat Rasulullah ﷺ?” . ( HR. Muslim no. 112
KEDUA : Riwayat Bukhori dan Muslim , Dari Ikrimah :
أنَّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، فَتَزَوَّجَهَا عبدُ الرَّحْمَنِ بنُ الزَّبِيرِ القُرَظِيُّ، قالَتْ عَائِشَةُ: وعَلَيْهَا خِمَارٌ أخْضَرُ، فَشَكَتْ إلَيْهَا وأَرَتْهَا خُضْرَةً بجِلْدِهَا، فَلَمَّا جَاءَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ -والنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا- قالَتْ عَائِشَةُ: ما رَأَيْتُ مِثْلَ ما يَلْقَى المُؤْمِنَاتُ! لَجِلْدُهَا أشَدُّ خُضْرَةً مِن ثَوْبِهَا. قالَ: وسَمِعَ أنَّهَا قدْ أتَتْ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَجَاءَ ومعهُ ابْنَانِ له مِن غيرِهَا، قالَتْ: واللَّهِ ما لي إلَيْهِ مِن ذَنْبٍ، إلَّا أنَّ ما معهُ ليسَ بأَغْنَى عَنِّي مِن هذِه، وأَخَذَتْ هُدْبَةً مِن ثَوْبِهَا، فَقالَ: كَذَبَتْ واللَّهِ يا رَسولَ اللَّهِ، إنِّي لَأَنْفُضُهَا نَفْضَ الأدِيمِ، ولَكِنَّهَا نَاشِزٌ، تُرِيدُ رِفَاعَةَ، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: فإنْ كانَ ذَلِكِ لَمْ تَحِلِّي له -أوْ: لَمْ تَصْلُحِي له- حتَّى يَذُوقَ مِن عُسَيْلَتِكِ، قالَ: وأَبْصَرَ معهُ ابْنَيْنِ له، فَقالَ: بَنُوكَ هَؤُلَاءِ؟ قالَ: نَعَمْ، قالَ: هذا الذي تَزْعُمِينَ ما تَزْعُمِينَ؟! فَوَاللَّهِ لهمْ أشْبَهُ به مِنَ الغُرَابِ بالغُرَابِ.
“ Bahwa Rifa'ah telah menceraikan isterinya, kemudian isterinya menikah dengan Abdurrahman bin Zubair Al Qurdli .
Aisyah berkata; "Ketika itu mantan isteri Rifa'ah tengah mengenakan kerudung hijau, lalu mantan isteri Rifa'ah mengadukan permasalahannya kepada Aisyah, mantan isteri Rifaah memperlihatkan bekas hijau di kulitnya.
Ketika Rasulullah ﷺ datang -kala itu para wanita membela satu sama lainnya. 'Aisyah berkata : “Sungguh yang kulihat padanya, seperti yang ditemui wanita mukminah lainnya, sungguh kulitnya jauh lebih hijau dari pada bajunya”.
‘Ikrimah berkata : “ Tiba-tiba Abdurrahman datang bersama dua anaknya yang di hasilkan bukan dari isteri keduanya (mantan isteri Rifa'ah). Isterinya berkata ; "Demi Allah, tidaklah aku berdosa ketika bersamanya melainkan karena ia tidak dapat memuaskan diriku." Sambil memegang ujung kainnya.
Abdurrahman berkata : "Demi Allah, ia dusta wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dapat memuaskannya, akan tetapi ia berbuat nusyuz (membangkang terhadap perintah suami) karena ia ingin kembali kepada Rifa'ah “.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda : "Apabila seperti itu, maka kamu tidak halal bagi Rifa'ah atau tidak sah bagi Rifa'ah hingga ia (suami kedua) merasakan madu kecilmu."
Ikrimah berkata : "Lalu Abdurrahman memperlihatkan kedua anaknya, lalu Beliau ﷺ bertanya : "Apakah mereka semua anak-anakmu?"
Abdurrahman menjawab : "Ya."
Lalu Beliau ﷺ berkata kepada wanita tsb :
" Ini adalah hanya prasangka yang kamu sangkakan saja padanya (yaitu bahwa dia tidak berdaya) ? Demi Allah, kedua anak ini lebih menyerupai ayahnya dari pada burung gagak yang menyerupai induknya." (Yakni , buktinya dia punya anak dua yang mirip bapaknya . Pen)
( HR. Bukhori no. 5825 dan Muslim no. 111 (1433 ).
KETIGA : Riwayat Imam Syafii dan at-Turmudzi : dari Urwah, dari Aisyah :
جاءتِ امرأةُ رفاعةَ القُرَظيِّ إلى رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالت : إنِّي كنتُ عندَ رفاعةَ فبتَّ طَلاقي فتزَوَّجتُ عبدَ الرَّحمنِ بنَ الزُّبيرِ وإنَّما معَه مثلُ هُدبةِ الثَّوبِ ، فتبسَّمَ رسولُ اللهِ ﷺ فقال : أتريدينَ أن ترجِعي إلى رفاعةَ لا حتَّى تذوقي عُسَيلتَهُ ويذوقَ عُسَيلتَكِ ،
قال : وأبو بكرٍ عندَ النَّبيِّ ﷺ وخالدُ بنُ سعيدٍ بالبابِ فنادَى يا أبا بكرٍ فقال : ألَّا تسمَعُ إلى ما تجهَرُ بهِ هذِه عندَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ
“ Bahwa Istri Rifa'ah Al Qurazh datang kepada Rasulullah , lalu berkata :
"Sesungguhnya aku menjadi istri Rifa'ah, kemudian ia menceraikanku hingga thalakku habis, sesudah itu aku kawin dengan Abdurrahman bin Zubair. Dan sesungguhnya apa yang dia miliki ( dari kejantanannya ) hanyalah seperti ujung kain baju ."
Maka Rasulullah tersenyum, lalu bersabda :
"'Apakah kamu ingin kembali kepada Rifa'ah ? Tidak boleh sebelum kamu merasakan madu kecilnya dan dia pun merasakan madu kecilmu."
Ketika itu Abu Bakar berada di samping Nabi ﷺ , sedangkan Khalid bin Sa'id bin Ash berada di pintu menunggu untuk diberi izin masuk, lalu ia berseru :
"Hai Abu Bakar! Apakah engkau mendengar apa yang dikatakan wanita ini di sisi Rasulullah ?"
( HR. Imam asy-Syaafi’i dalam al-Musnad no. 942 dan An-Nasaa’i No. 3355 ).
Ibnu Abdil Barr dlm “التمهيد” 13/233 berkata :
أصح حديث يروى في هذا الباب وأثبته من جهة الإسناد
“Ini Hadits yang paling shahih yang diriwayatkan dalam hal ini , dan aku anggap kokoh dari sisi sanadnya “.
Al-Malaa Ali al-Qoori berkata dlm “مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح” 5/149 no. 2149 :
وَفِي شَرْحِ السُّنَّةِ: الْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ، وَقَالُوا: إِذَا طَلَّقَ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ ثَلَاثًا فَلَا تَحِلُّ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ، وَيُصِيبَهَا الزَّوْجُ الثَّانِي، فَإِنْ فَارَقَهَا أَوْ مَاتَ عَنْهَا قَبْلَ إِصَابَتِهَا فَلَا تَحِلُّ وَلَا تَحِلُّ إِصَابَةُ شُبْهَةٍ وَلَا زِنًا وَلَا مِلْكِ يَمِينٍ، وَكَانَ ابْنُ الْمُنْذِرِ يَقُولُ: فِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الزَّوْجَ الثَّانِيَ إِنْ وَاقَعَهَا وَهِيَ نَائِمَةٌ أَوْ مُغْمًى عَلَيْهَا لَا تُحِسُّ بِاللَّذَّةِ إِنَّهَا لَا تَحِلُّ لِلزَّوْجِ الْأَوَّلِ ; لِأَنَّ الذَّوْقَ أَنْ يُحِسَّ بِاللَّذَّةِ، وَعَامَّةُ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّهَا تَحِلُّ،
“ Dalam kitab “شرح السنة”: “ Amalan ini adalah yang di amalkan para ulama dari kalangan para sahabat dan lainnya, dan mereka berkata : “ Jika seorang pria menceraikan istrinya tiga kali maka tidak halal baginya setelah itu sampai dia menikah dengan suami yang lain , dan suami kedua ini menggaulinya .
Jadi jika suami kedua ini menceraikannya atau meninggal dunia sebelum dia menggaulinya , maka tidak halal menikah lagi dengan yang pertama . Dan juga tidak halal jika dengan jima’ subhat , atau berzina atau perbudakan .
Ibn al-Mundhir mengatakan : “ Dalam hadits menunjukkan bahwa suami yang kedua jika menggauli istrinya itu dalam keadaan dia tidur atau tidak sadar yang mana tidak merasakan kenikmatan jima’ , maka itu tidak menghalalkan untuk menikah lagi dengan suami yang pertama
Karena rasa itu fungsinya adalah untuk merasakan kenikmatan , akan tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa hal itu telah menghalalkan nikah dengan yang pertama “.
*****
PEMBAHASAN KEDUA :
SIKAP DAN SYAFAAT NABI ﷺ TERHADAP SEORANG SAHABAT YANG MASIH MENCINTAI MANTAN ISTRINYA DAN BERKEINGINAN UNTUK MENGEMBALIKANNYA
BISMILLAH
====
KISAH CINTA MUGHITS radhiyallahu ‘anhu YANG DITOLAK OLEH BARIRAH radhiyallahu ‘anha , MANTAN ISTRI :
Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas – radhiyallahu 'anhuma - :
أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِعبَّاسٍ يَا عَبَّاسُ أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لَوْ رَاجَعْتِهِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي قَالَ إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ قَالَتْ لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ
Bahwa suami Barirah adalah seorang budak yang bernama Mughits. Sepertinya aku melihat ia berthawaf di belakangnya seraya menangis hingga air matanya membasahi jenggot.
Maka Nabi ﷺ bersabda :
"Wahai Abbas, tidakkah kamu ta'ajub akan kecintaan Mughits terhadap Barirah dan kebencian Barirah terhadap Mughits?"
Akhirnya Nabi ﷺ pun bersabda kepada Barirah : "Seandainya kamu mau meruju'nya kembali."
Barirah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini perintah dari Engkau ?"
Beliau ﷺ menjawab : "Aku hanya ingin memberi syafaat untuknya " .
Akhirnya Barirah pun berkata : "Sesungguhnya aku sudah tak berhajat lagi padanya."
( HR. Bukhari Nomor 4875 )
Dalam Lafadz lain dari Ibnu Abbaas radhiyallahu ‘anhu :
كانَ زَوْجُ بَرِيرَةَ عَبْدًا أسْوَدَ، يُقَالُ له مُغِيثٌ، عَبْدًا لِبَنِي فُلَانٍ، كَأَنِّي أنْظُرُ إلَيْهِ يَطُوفُ ورَاءَهَا في سِكَكِ المَدِينَةِ.
Suami Barirah adalah seorang budak berkulit hitam bernama Mughith, seorang budak dari Bani Fulan, seolah-olah aku sedang melihat dia berputar-putar di belakang Barairah di gang-gang Madinah . ( HR. Bukhori no. 5282 ) .
Tafsir Hadits :
كانت بَرِيرةُ رَضِيَ اللهُ عنها أَمةً مملوكةً، اشتَرَتْها أمُّ المُؤمِنينَ عائشةُ رَضِيَ اللهُ عنها وأعتقَتْها، وكان زَوجُها من العبيدِ، فلمَّا أُعتِقَت خُيِّرت بين أن تَظَلَّ على زواجِها منه أو تفارِقَه، فاختارت الفِراقَ.
Barirah adalah seorang budak wanita, dibeli dan dimerdekakan oleh Ummul mukminin Aisya radhiyallahu ‘anhu . Saat itu Bariirah radhiyallahu ‘anhu masih bersuami . Suaminya adalah seorang budak , namanya Mughiits. Ketika dia dibebaskan, dia ditawari dua pilihan antara tetap menikah dengan Mughits atau meninggalkannya, lalu dia memilih berpisah.
Penulis katakan :
Dalam hukum Islam jika ada pasangan suami istri yang sama-sama budak , lalu jika sang istrinya berubah status menjadi wanita merdeka , maka sang istri berhak memilih antara berpisah darinya atau tetap menjadi istrinya .
Dalam hadits ini Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma mengkisahkan :
أنَّ زَوجَ بَرِيرةَ كانَ عَبْدًا يُقالُ له: مُغيثٌ، ويَصِفُ حالَه بعد فراقِها له كَأنَّه يَنْظُرُ إلَيهِ يَطوفُ خَلْفَها ويتتَبَّعُها في الطُّرُقاتِ، يَبكي، وَدُموعُه تَسيلُ عَلى لِحيَتِهِ، يَتَرَضَّاها لِتَختارَهُ وترجِعَ له.
“Bahwa suami Barirah adalah seorang budak yang dipanggil dengan : “ Mughits “. Dia ( Ibnu Abbas) menggambarkan kondisinya setelah bercerai dari Barirah, seolah-olah dia sedang memandanginya (Barirah), dia berkeliling di belakangnya dan terus mengikutinya di jalan-jalan , dia menangis, dengan air mata mengalir di jenggotnya, membujuk Barirah agar dia memilih dirinya lagi dan kembali kepadanya .
Nabi ﷺ berkata kepada pamannya al-Abbas radhiyallahu ‘anhu :
«يا عَبَّاسُ، ألَا تَعْجَبُ مِن حُبِّ مُغيثٍ بَرِيرةَ، وَمِن بُغضِ بَرِيرةَ مُغيثًا!»
"Wahai Abbas, tidakkah kamu ta'ajub akan kecintaan Mughits terhadap Barirah dan kebencian Barirah terhadap Mughits?"
Tafsir Hadits :
أي: ألا تتعَجَّبُ من كثرةِ محبَّتِه إيَّاها، وكثرةِ كُرهِها له، وَعَدَمِ رَغْبَتِها فيهِ؛ وذلك لِأنَّ الغالِبَ أنَّ المُحِبَّ لا يَكونُ إلَّا حَبيبًا.
Artinya, apakah Anda tidak ta’jub dengan cinta Ma’iz yang begitu besar untuknya, dan betapa besarnya kebencian Barirah padanya serta sama sekali tidak ada ketertarikan padanya?
Ini karena pada umumnya orang jatuh cinta itu hanya pada kekasih.
Maka Rasulullah ﷺ menyuruhnya untuk kembali kepadanya dan tetap menjadi istrinya, Dia berkata:
يا رَسولَ اللَّهِ، أتَأمُرُني بذلك؟
Wahai Rasulullah, apakah Anda memerintahkan saya untuk melakukan itu?
Beliau ﷺ berkata :
لا، إنَّما أنا أَشْفَعُ فيهِ
“ Tidak, saya hanya ingin memberi syafaat untuknya”.
Tafsir dan Fiqih dari Hadits :
يعني: أتوسَّطُ وأطلُبُ منكِ استِحبابًا، لا عَلى سَبيلِ الحَتْمِ، فَلا يَجِبُ عَلَيكِ. فأخبَرَت أنَّها لا تريدُه ولا ترغَبُ فيه!
Maksudnya : Saya menengahi dan saya meminta kamu hanya sebatas saran yang baik (استحباب), bukan sebuah keharusan , jadi tidak wajib bagi kamu. Lalu Barirah radhiyallahu ‘anhu memberitahu bahwa dirinya sudah tidak menginginkannya atau tidak menyukainya.
Dalam sebuah hadits di katakan :
الشَّفاعةُ مِن الحاكِمِ عِندَ الخَصْمِ في خَصْمِه إذا ظَهَرَ حَقُّه، وإشارَتُه عليه بِالصُّلحِ أو التَّرْكِ.
Syafaat dari hakim dalam sebuah perselisihan lalu pada dirinya nampak yang hak bagi salah satu dari dua orang yang berselisih, maka bagi sang hakim boleh mengisyaratkan kepadanya untuk berdamai atau meninggalkannya “.
وفيه: أنَّ مَن يَسألُ مِن الأُمورِ ممَّا هوَ غيرُ واجِبٍ عليه فِعلُه، فَلَهُ رَدُّ سائِلِه، وَتَرْكُ قَضاءِ حاجَتِه، وإنْ كانَ الشَّفيعُ سُلطانًا أو عالِمًا أو شَريفًا.
Dan di dalamnya terdapat makna : Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak wajib dia lakukan, dia berhak untuk menolak orang yang memintanya, dan meninggakan untuk memenuhi kebutuhannya, bahkan jika pemberi syafaat adalah penguasa atau ulama atau ulama atau bangsawan .
====
PROSES MEMERDEKAKAN BARIRAH radhiyallahu ‘anha ( ISTRI MUGHITS ) DARI PERBUDAKAN :
Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :
جَاءَتْنِي بَرِيرَةُ فَقَالَتْ كَاتَبْتُ أَهْلِي عَلَى تِسْعِ أَوَاقٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُوقِيَّةٌ فَأَعِينِينِي فَقَالَتْ إِنْ أَحَبُّوا أَنْ أَعُدَّهَا لَهُمْ وَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي فَعَلْتُ فَذَهَبَتْ بَرِيرَةُ إِلَى أَهْلِهَا فَقَالَتْ لَهُمْ فَأَبَوْا عَلَيْهَا فَجَاءَتْ مِنْ عِنْدِهِمْ وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ جَالِسٌ فَقَالَتْ إِنِّي قَدْ عَرَضْتُ ذَلِكِ عَلَيْهِمْ فَأَبَوْا إِلَّا أَنْ يَكُونَ الْوَلَاءُ لَهُمْ فَسَمِعَ النَّبِيُّ ﷺ فَأَخْبَرَتْ عَائِشَةُ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمْ الْوَلَاءَ فَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ فَفَعَلَتْ عَائِشَةُ ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي النَّاسِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُ رِجَالٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ قَضَاءُ اللَّهِ أَحَقُّ وَشَرْطُ اللَّهِ أَوْثَقُ وَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ
"Barirah datang kepadaku seraya berkata :
"Aku telah melakukan akad mukaatabah (tebusan kepada Tuanku untuk kemerdekaan diriku dengan cara menyicil) dengan sembilan Awaq , dimana aku harus membayar satu uqiyah ( 1 uqiyah = 40 dirham = 201 gram perak = 29.75 gram emas ) dalam setiap tahunnya, maka tolonglah aku".
Aku berkata: "Jika tuanmu berkehendak aku akan bayar ketetapan tersebut kepada mereka sedangkan WALAA’ mu ( الولاء ) menjadi hakku".
Lalu aku penuhi. Kemudian Barirah pergi menemui tuannya dan menyampaikannya kepada mereka namun mereka menolaknya. Lalu dia datang setelah menemui mereka sementara Rasulullah ﷺ sedang duduk, seraya berkata :
"Sungguh aku sudah menawarkan hal itu kepada mereka namun mereka enggan menerimanya kecuali bila al-Walaa’ ( الولاء ) tetap menjadi hak mereka".
Nabi ﷺ mendengar hal ini lalu 'Aisyah mengabarkan kepada Nabi ﷺ, maka Beliau berkata :
خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمْ الْوَلَاءَ فَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ
"Ambillah dia (Barirah) dan berikan syarat al-Walaa’ ( الولاء ) kepada tuannya . Karena sesungguhnya yang benar al-Walaa’ ( الولاء ) itu adalah untuk yang memerdekakannya".
Maka 'Aisyah radhiyallahu ‘anhu melaksanakan perintah Beliau. Kemudian Rasulullah ﷺ berdiri di hadapan manusia seraya memuji Allah dan mengagungkan-Nya kemudian bersabda:
مَا بَالُ رِجَالٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ قَضَاءُ اللَّهِ أَحَقُّ وَشَرْطُ اللَّهِ أَوْثَقُ وَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ
"Ada apa dengan orang-orang itu ? mereka membuat persyaratan dengan syarat-syarat yang tidak ada pada Kitab Allah. Apapun bentuknya syarat yang tidak sesuai dengan Kitab Allah maka syarat itu batal sekalipun seratus kali persyaratan. Ketetapan Allah lebih berhaq (untuk ditunaikan) dan syarat (yang ditetapkan) Allah lebih kuat. Sesungguhnya al-Walaa’ ( الولاء ) (seorang budak) adalah milik orang yang memerdekakannya".
( HR. Bukhori no. 2527 dan Muslim no. 2761 )
Makna al-Walaa’ ( الولاء ) :
"الْوَلَاءُ لَا يُبَاعُ وَلَا يُوهَبُ فَلَا يَنْتَقِلُ مِنْ صَاحِبِهِ إِلَى آخَرَ بَيْعًا أَوْ هِبَةً؛ لِأَنَّهُ كَالنَّسَبِ وَالنَّسَبُ لَا يُبَاعُ، وَلَا يُوهَبُ بِحَالٍ مِنَ الْأَحْوَالِ، قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "الْوَلَاءُ لُحْمَةٌ كَلُحْمَةِ النَّسَبِ لَا يُبَاعُ وَلَا يُوهَبُ"
لَا يَرِثُ بِالْوَلَاءِ إِلَّا الْمُعْتِقُ ذَكَرًا كَانَ أَوْ أُنْثَى، أَوْ عَصَبَةُ الْمُعْتِقِ الذُّكُورُ دُونَ الْإِنَاثِ كَمَا هُوَ مُفَصَّلٌ فِي عِلْمِ الْمَوَارِيثِ".
Al-Walaa’ ( الولاء ) itu tidak bisa dijual , tidak bisa di hibahkan, dan tidak bisa dialihkan dari pemiliknya kepada yang lain , baik dengan cara penjualan atau atau dihibahkan. Karena al-wala’ itu seperti nasab keturunan . Dan nasab itu tidak bisa dijual, dan tidak bisa dihibahkan dengan cara apa pun.
Nabi ﷺ bersabda :
"الْوَلَاءُ لُحْمَةٌ كَلُحْمَةِ النَّسَبِ لَا يُبَاعُ وَلَا يُوهَبُ"
“Al-Walaa’ ( الولاء ) adalah darah daging seperti darah daging garis keturunan, yang tidak dijual dan tidak dihibahkan.”
Hanya saja dengan al-walaa ini budak yang dimerdekakan, baik laki-laki atau perempuan, tidak berhak mewarisi , tapi sebaliknya orang yang memerdekakannya berhak mewarisi darinya . Jika yang memerdekakannya itu sekelompok laki-laki merdeka tanpa perempuan, sebagaimana dirinci dalam ilmu waris.
( Baca : “فتح الباري شرح صحيح البخاري” no. 444 dan “شرح النووي على مسلم” no. 1504 ).
=====
MAKANAN BARIRAH radhiyallahu ‘anha (Budak yg dimerdekakan Aisyah radhiyallahu ‘anha) LEBIH ENAK & LEZAT DARI PADA MAKANAN NABI ﷺ :
Barirah radhiyallahu ‘anhu setelah di merdekakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha , beliau hidupnya senantiasa ngawula kapada Aisyah radhiyallahu ‘anha . Kadang masak masak di rumah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha .
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata ;
كَانَ فِي بَرِيرَةَ ثَلَاثُ سُنَنٍ إِحْدَى السُّنَنِ :
أَنَّهَا أُعْتِقَتْ فَخُيِّرَتْ فِي زَوْجِهَا .
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ .
وَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَالْبُرْمَةُ تَفُورُ بِلَحْمٍ فَقُرِّبَ إِلَيْهِ خُبْزٌ وَأُدْمٌ مِنْ أُدْمِ الْبَيْتِ فَقَالَ أَلَمْ أَرَ الْبُرْمَةَ فِيهَا لَحْمٌ قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ ذَلِكَ لَحْمٌ تُصُدِّقَ بِهِ عَلَى بَرِيرَةَ وَأَنْتَ لَا تَأْكُلُ الصَّدَقَةَ قَالَ عَلَيْهَا صَدَقَةٌ وَلَنَا هَدِيَّةٌ
Sesungguhnya pada diri Barirah terdapat tiga sunnah :
Yang pertama : Bahwa ia telah dimerdekakan dan diberi tawaran untuk memilih terhadap suaminya.
Kemudian kedua : Rasulullah ﷺ pernah bersabda terkait dengannya: "Sesungguhnya Al Wala` (hak waris budak dan nasab) itu adalah bagi yang telah memerdedakakan."
Yang ketiga :
Suatu ketika Rasulullah ﷺ masuk, sementara periuk sedang mendidih masak daging.
Namun yang disuguhkan kepada beliau saat itu adalah roti dan lauk dari rumah. Maka beliau pun bertanya :
"Bukankah tadi aku melihat periuk yang berisikan daging."
Maka mereka menjawab :
"Ya, benar, akan tetapi daging itu adalah daging yang disedekahkan kepada Barirah, sementara Anda tidak makan harta sedekah."
Akhirnya beliau pun bersabda: "Bagi Barirah adalah sedekah, namum untukku (dari Barirah) adalah hadiah." ( HR. Bukhori no. 4871 ).
====
LAUK PAUK ( الإِدَام ) KESUKAAN NABI ﷺ adalah CUKA :
Rosulullah ﷺ bersabda :
نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
Sebaik-baik lauk adalah cuka ( HR. Muslim no. 2051 )
Makna “اَلإِدَامُ” : Ibnul Atsir dalam “النهاية في غريب الحديث ” berkata :
اَلإِدَامُ بِاْلكَسْرِ وَاْلأُدْمُ بِالضَّمِّ مَا يُؤْكَلُ مَعَ اْلُخبْزِ أَيُّ شَيْءٍ كَانَ اِنْتَهَى
(Al-idam اَلإِدَامُ dengan hamzah di kasrahkan ) dan ( al-udmu اْلأُدْمُ dengan hamzah di dhommahkan ) , yaitu apa saja yang di makan dengan roti . (Lihat “تحفة الأحوذي” 465/5)
Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah
أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ سَأَلَ أَهْلَهُ الأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلاَّ خَلٌّ. فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ ، وَيَقُولُ « نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ»
“ Bahwa Nabi Muhammad ﷺ meminta pada keluarganya lauk-pauk, lalu keluarga beliau menjawab : ‘Kami tidak memiliki apa pun kecuali cuka’.
Maka Nabi ﷺ pun meminta cuka tsb dan beliau makan dengan nya , dan beliau bersabda:
‘Lauk yang paling baik adalah cuka, lauk yang paling baik adalah cuka’.”
(HR Muslim no. 2051)
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata :
أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى مَنْزِلِهِ ، فَأَخْرَجَ إِلَيْهِ فِلَقًا مِنْ خُبْزٍ ، فَقَالَ : مَا مِنْ أُدُمٍ ؟ فَقَالُوا : لَا إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ . قَالَ : فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُ . قَالَ جَابِرٌ : فَمَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . وقَالَ طَلْحَةُ : مَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ جَابِرٍ
“ Pada suatu hari Rasulullah ﷺ memegang tanganku untuk pergi ke rumahnya , lalu beliau mengeluarkan beberapa keping roti , dan beliau berkata :
“Apakah ada lauk pauk ( الأُدُم ) “ .
Mereka ( keluarganya ) menjawab :” Tidak ada , kecuali ada sedikit dari cuka “.
Rasulullah ﷺ. bersabda : “ Sesungguhnya cuka lauk yang terbaik “.
Jabir berkata : “ Aku selalu menyukai cuka sejak mendengarnya dari Nabi S.A.W” .
Tholhah berkata : “ Aku juga selalu menyukai cuka sejak mendengar dari Jabir”. ( HR. Muslim no. 2052 )
PENULIS BERTANYA kepada para pembaca : “ Kalau anda gimana ?”.
Dari Ummu Hani` binti Abu Tholib berkata :
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ : هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ ؟ فَقُلْتُ : لَا، إِلَّا كِسَرٌ يَابِسَةٌ وَخَلٌّ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "قَرِّبِيهِ، فَمَا أَقْفَرَ بَيْتٌ مِنْ أُدْمٍ فِيهِ خَلٌّ".
Rasulullah ﷺ masuk kepadaku , lalu berkata : Apakah kamu punya sesuatu ?
Aku berkata : Tidak punya , kecuali roti kering dan cuka “.
Nabi ﷺ bersabda : “ Hidangkanlah kesini , suatu rumah tidak akan kering selama di dalamnya ada cuka “.
( HR, Turmudzi no. 1841 , dia berkata : “ Ini hadits Hasan ghoriib dari arah ini “. Dan hadits ini di hasankan oleh al-Albaani dlm “سلسلة الأحاديث الصحيحة” no. 2220 .
Adapun hadits berikut ini adalah Palsu :
Ummu Sa`ad radhiyallahu ‘anha berkata :
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَائِشَةَ ، وَأَنَا عِنْدَهَا ، فَقَالَ : هَلْ مِنْ غَدَاءٍ ؟ قَالَتْ : عِنْدَنَا خُبْزٌ ، وَتَمْرٌ ، وَخَلٌّ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( نِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلُّ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ فِي الْخَلِّ ، فَإِنَّهُ كَانَ إِدَامَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي ، وَلَمْ يَفْتَقِرْ بَيْتٌ فِيهِ خَلٌّ
Rasulullah ﷺ masuk kepada Aisyah dan aku disisinya ,lalu bertanya : “ Apakah ada makanan siang ?
Aisyah menjawab : “ Kami punya kurma , Rati dan cuka “.
Rasulullah ﷺ bersabda :” Lalapan terbaik adalah cuka, ya Allah berilah berkah kepada cuka , ia adalah lalap para nabi sebelumku , dan rumah yang ada cukanya tidak akan fakir .
( HR Ibnu Majah 3318 Tuhfatul ahwadzi 466/5 )
Namun hadits ini Palsu karena di dlamnya terdapat perawi yang bernama ‘Anbasah bin Abdurrahman , dia tertuduh pemaslu hadits (مُتَّهَمٌ بِالْوَضْعِ) . Abu Hatim menyatakan Dia pemalsu hadis . Al Walid bin Muslim perawi terpercaya yang suka menyelinapkan perawi lemah
Dan juga terdapat perawi yang bernama bernama Muhammad bin Zaadzan yang ditinggalkan oleh para ulama.
JENIS CUKA KESUKAAN NABI ﷺ :
Kami telah mencari di buku-buku hadits dan riwayat, tetapi kami tidak menemukan sebuah hadits yang menunjukkan kepada kita jenis cuka yang disukai oleh Nabi ﷺ kecuali kemungkinan besar cuka yang masyhur pada masa waktu itu adalah cuka anggur atau cuka kurma.
( Baca : “التمهيد” karya Ibnu Abdil Barr 1/262 , “الجراثيم” karya Ibnu Qutaibah (w. 276) 2/114 , “تهذيب اللغة” karya al-Azhari 6/301 “المبسوط” karya as-Sarkhosy 2/180 , “القاموس المحيط” karya al-Fayruz Aabaadi hal. 994 dan “المدخل” karya Ibnul hajj 4/94 ).
Bahwa banyak cuka terbuat dari proses perubahan dari Khomer ke cuka ( الاستحالة / perubahan alami) . Dan al-Khomer itu kebanyakan dari buah anggur dan kurma.
Kesimpulannya :
Semua jenis cuka memiliki khasiat dan manfaat medis, insya Allah perlu mengacu pada referensi medis kontemporer dan penelitian nutrisi khusus untuk mengetahui manfaat dan kegunaan cuka.
Adapun perbandingan antara jenis dan kualitasnya harus dirujuk ke spesialis ilmu pangan .
*****
PEMBAHASAN KE TIGA :
SYAFAAT NABI ﷺ UNTUK PRIA YANG SUSAH DAPAT JODOH KARENA BURUK RUPA
Dulu pada zaman Nabi ﷺ ada seorang pemuda yang hidup membujang, dia mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan jodoh. Kenapa ? Karena dia memiliki kekurangan pada dirinya, yaitu penampilan fisiknya yang buruk rupa, namun dia bagus akhlaknya dan suka berkelakar.
Sehingga pemuda tersebut sempat minta idzin kepada Nabi ﷺ untuk berzina. Maka Nabi ﷺ dengan bahasa yang lembut melarangnya, lalu beliau pun segara mencarikan jodoh untuknya.
Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, dia berkisah;
إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ قَالُوا مَهْ مَهْ فَقَالَ ادْنُهْ فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا قَالَ فَجَلَسَ قَالَ أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ قَالَ أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ قَالَ لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ قَالَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ
Sesungguhnya ada seorang pemuda mendatangi Nabi ﷺ lalu berkata;
“Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berzina!”.
Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata ; diamlah !.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda ; “Mendekatlah.”
Lalu dia mendekat dan duduk .
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda ; “Apa kau menyukainya (orang lain) berzina dengan ibumu?”
Pemuda itu menjawab; “ Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikanku sebagai penebus anda “.
Nabi ﷺ bersabda ; “ Orang-orang juga tidak menyukainya berzina dengan ibu-ibu mereka.”
Rasulullah ﷺ bersabda ; “Apa kau menyukainya berzina dengan putrimu?”
Dia menjawab : “ Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai penebus anda “ .
Nabi ﷺ bersabda ; “ Orang-orang juga tidak menyukai berzina dengan putri-putri mereka.”
Kemudian Rasulullah ﷺ meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa;
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ
“Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya.” Setelah itu pemuda itu tidak pernah melirik apa pun.
( HR. Ahmad 5/256 , Thabrani dlm “المعجم الكبير” 8 / 162 & 183 , al-Baihaqi “شعب الإيمان” 4/362 no. 5415 .
Al-‘Iraaqi dlm “المغني عن حمل الأسفار” 1/592 berkata :
رَوَاهُ أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ جَيِّدٍ، وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ
Imam Ahmad meriwayatkannya dengan sanad Jayyid , dan para perawinya adalah para perawi hadits-hadits Shahih “.
Al-Haitsami berkata dalam “مجمع الزوائد” 1/129 : “رجاله رجال الصحيح / para perawinya adalah para perawi hadits-hadits Shahih “
Dan di shahihkan pula oleh Syeikh al-Albaani dalam “السلسلة الصحيحة” 1/712 no. 370 .
وَقَوْلُهُمْ: مَهْ مَهْ، يَعْنِي: كُفَّ عَنْ هَذَا، وَقَوْلُهُ: ((حَصِّنْ)) يَعْنِي: احْفَظْهُ مِنَ الفَوَاحِشِ.
Dan kata : مَهْ مَهْ artinya hentikan dari hal ini !
Dan kata : “حصِّن” yakni jaga lah dari perbuatan zina
DIA ADALAH JULAIBIB – RADHIYALLAHU ‘ANHU -
Sebagian para ahli hadits mengatakan bahwa Pemuda tsb bernama Julaibib radhiyallahu ‘anhu. Dan beliau ini berkarakter sebagai berikut :
كَانَ دَمِيمَ الخِلْقَةِ، حَسَنَ الخُلُقِ، وَكَانَتْ فِيهِ دُعَابَةٌ، وَكَانَ عَزَبًا.
Beliau memiliki penampilan fisik yang buruk rupa , bagus akhlaknya , suka berkelakar dan hidupnya membujang .
RASULULLAH ﷺ MELAMAR SEORANG GADIS UNTUK JULAIBIB – RADHIYALLAHU ‘ANHU -:
Al-Imam al-Baihaqi dlm kitabnya “شعب الإيمان” No. 1446 berkata :
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ كِنَانَةَ بْنِ نُعَيْمٍ الْعَدَوِيِّ، عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ:
أَنَّ جُلَيْبِيبًا كَانَ امْرَأً مِنَ الْأَنْصَارِ، وَكَانَ يَدْخُلُ عَلَى النِّسَاءِ، وَيَتَحَدَّثُ إِلَيْهِنَّ، قَالَ أَبُو بَرْزَةَ: فَقُلْتُ لِامْرَأَتِي : لَا يَدْخُلَنَّ عَلَيْكُمْ جُلَيْبِيبٌ،
قَالَ : فَكَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ لِأَحَدِهِمْ أَيِّمٌ لَمْ يُزَوِّجْهَا حَتَّى يَعْلَمَ أَلِرَسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا حَاجَةٌ أَمْ لَا؟.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ لِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ: «يَا فُلَانُ زَوِّجْنِي ابْنَتَكَ»، قَالَ: نَعَمْ وَنُعْمَى عَيْنٍ، قَالَ : «إِنِّي لَسْتُ لِنَفْسِي أُرِيدُهَا»، قَالَ: فَلِمَنْ؟، قَالَ: «لِجُلَيْبِيبٍ»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ حَتَّى أَسْتَأْمِرَ أُمَّهَا، فَأَتَاهَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ ابْنَتَكِ، قَالَتْ: نَعَمْ وَنُعْمَى عَيْنٍ، قَالَ: إِنَّهُ لَيْسَتْ لِنَفْسِهِ يُرِيدُهَا، قَالَتْ: فَلِمَنْ يُرِيدُهَا؟، قَالَ: لِجُلَيْبِيبٍ، قَالَتْ: حَلْقَى أَلِجُلَيْبِيبٍ؟، قَالَتْ: لَا لَعَمْرُ اللَّهِ، لَا أُزَوِّجُ جُلَيْبِيبًا، فَلَمَّا قَامَ أَبُوهَا لَيَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتِ الْفَتَاةُ مِنْ خِدْرِهَا لِأُمِّهَا: مَنْ خَطَبَنِي إِلَيْكُمَا قَالَا: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: أَتَرُدُّونَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْرَهُ ادْفَعُونِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُ لَنْ يُضَيِّعَنِي، فَذَهَبَ أَبُوهَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: شَأْنُكَ بِهَا، فَزَوَّجَهَا جُلَيْبِيبًا
قَالَ حَمَّادٌ: قَالَ إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ: هَلْ تَدْرِي مَا دَعَا لَهَا بِهِ قَالَ: وَمَا دَعَا لَهَا بِهِ؟ قَالَ:
«اللَّهُمَّ صُبَّ الْخَيْرَ عَلَيْهِمَا صَبًّا، وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا»
قَالَ ثَابِتٌ: فَزَوَّجَهَا إِيَّاهُ، فَبَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ، قَالَ: «تَفْقِدُونَ مِنْ أَحَدٍ؟ »، قَالُوا: لَا، قَالَ: «لَكِنِّي أَفْقِدُ جُلَيْبِيبًا، فَاطْلُبُوهُ فِي الْقَتْلَى»، فَوَجَدُوهُ إِلَى جَنْبِ سَبْعَةٍ، قَدْ قَتَلَهُمْ، ثُمَّ قَتَلُوهُ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَقَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ ? هَذَا مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ"، يَقُولُهَا سَبْعًا،
فَوَضَعَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَاعِدَيْهِ، مَا لَهُ سَرِيرٌ إِلَّا سَاعِدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى وَضَعَهُ فِي قَبْرِهِ،
قَالَ ثَابِتٌ: وَمَا كَانَ فِي الْأَنْصَارِ أَيِّمٌ أَنْفَقُ مِنْهَا
Telah mengkabarkan kepada kami Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna, berkata : Telah berbicara kepada kami Ibrahim bin al-Hajjaaj as-Saamii , dia berkata : Telah berbicara kepada kami Hammaad bin Salamah, al-Bunnaani dari Kinanah bin Nu’aim al-‘Adawi , dari Abu Barzah al-Aslamii :
“Bahwa Julaibib adalah dari kaum al-Anshar, dan dia suka masuk ke tempat para wanita, dan berbincang-bincang dengan mereka.
Maka Abu Barzah berkata : Saya berkata kepada istri saya : “ Jangan sampai Julaibib masuk pada kalian “ .
Lalu dia berkata : Dulu para sahabat Nabi ﷺ jika salah satu diantara mereka memiliki anak perempuan dewasa , tidak akan menikahkannya sampai dia tahu betul apakah Nabi ﷺ menginginkannya atau tidak?
Rasulullah ﷺ suatu hari kepada seorang pria dari Anshar: Wahai anu, nikahkan lah aku dengan putrimu ! “ Dia berkata : Baik , betapa menyejukkan mata dan bertambahnya kemuliaan”.
Lalu Beliau ﷺ berkata : “Sesungguhnya itu bukan untuk diriku sendiri “.
Dia bertanya : Lalu untuk siapa ?
Beliau ﷺ berkata : «Untuk Julaibib».
Dia berkata : Ya Rasulullah , tungguh hingga aku minta izin pada ibunya”.
Lalu dia datang padanya dan berkata : Rasulullah, ﷺ mau melamar putrimu “
Dia berkata : “Baik , betapa menyejukkan mata dan bertambahnya kemuliaan”.
Suaminya berkata : Itu bukan untuk dirinya sendiri “.
Maka Dia bertanya : “ Lalu untuk siapa yang dia inginkan? “.
Dia Menjawab : Julaibib.
Istrinya kaget sambil berkata : “ Binasa lah kita , apakah benar untuk Julaibib ?” Terus melanjutkan perkataannya : “ Tidaak , demi kekekalan Allah , aku tidak akan menikahkannya dengan dia “.
Ketika ayahnya berdiri dan hendak pergi mendatangi Nabi ﷺ, gadis itu berkata kepada ibunya dari balik tirainya :
“Apakah kalian bedua menolak perintah Rosulullah ﷺ, antar kan lah aku kepada Rosulullah ﷺ, karena sesungguhnya beliau tidak akan menyia –nyiakan aku “.
Maka Ayahnya pergi menemui Nabi ﷺ dan dia berkata : “Kuserahkan urusan putriku pada engkau “ Maka beliau menikahkannya dengan Julaibib .
Hammad berkata : Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah berkata :
Tahukah kamu apa yang Beliau ﷺ doakan untuk wanita itu menikah dengan Julaibib ?
Dia balik bertanya : apa yang Beliau ﷺ doakan untuknya menikah dengannya ?
( Jawabnya ) Beliau berkata :
اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا
“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
Tsabit al-Bunnaani berkata : Maka dia menikahkannya dengannya .
Tidak lama setelah pernikahannya, Julaibib pun ikut bersama rombongan pasukan Muslim ke medan perang.
Setelah perang usai, Rasulullah ﷺ bertanya beberapa kali kepada para sahabat: "Apakah kalian kehilangan seseorang?"
Para sahabat menjawab : “ Tidak “ .
Rasulullah ﷺ berkata : "Tapi aku kehilangan Julaibib, lekaslah kalian cari dia."
Para sahabat pun mencari Julibib di antara para prajurit yang gugur syahid. Tak lama kemudian, mereka berhasil menemukan jasad Julaibib tergeletak di tengah tujuh mayat prajurit musuh. Rupanya, Julaibib berhasil membunuh ketujuh prajurit kafir sebelum dirinya sendiri terbunuh dan gugur sebagai syahid.
Rasulullah ﷺ lalu menghampiri jasad Julaibib dan bersabda:
" أَقَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ ? هَذَا مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ ". يَقُولُهَا سَبْعًا
"Dia telah membunuh tujuh orang ini, lalu musuh membunuhnya. Dia dariku dan aku darinya. Dia dariku dan aku darinya." Beliau ulang kata-kata tsb 7 kali .
Lalu Rasulullah ﷺ membopongnya di atas kedua lengannya , tidak ada baginya alas kecuali kedua lengan Rasulullah ﷺ, hingga beliau meletakkan di kuburan nya
Tsabit al-Bunnaani berkata, “ Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar para janda yang lebih banyak berinfak dari padanya “.
( HR. Al-Baihaqi dlm “شعب الإيمان” no. 1446. Hadits ini di riwayatkan pula oleh : Imam Ahmad no. 19417 , 19423 & 19446 , Imam Muslim no. 2472 , Ibnu Hibbaan No. 4111 , an-Nasaa’i dlm “السنن الكبرى” no. 7016 , ath-Thoyaalisi dlm al-Musnad no. 955 , Ibnu Abi ‘Aaashim dlm “الآحاد والمثاني” no. 2088 , al-Bazzaar No. 3254 & 3267 , al-Baihaqi dlm “الكبرى” no. 6463 , Abu Nu’aim al-Ashbahaani dlm “معرفة الصحابة” no. 1602 , Ar-Ruuyaani dlm Musnadnya no. 1300 dan al-Haafidz Ibnu Hajar dlm “المطالب العالية” 1627 .
Hadits ini di Shahihkan oleh Syeikh al-Albaani dlm “أحكام الجنائز” hal. 73 .
Dan Syu’aib al-Arna’uuth berkata dalam “تَعْلِيقُ شُعَبِ الإِيمَانِ” :
إِسْنَادُهُ صَحِيحٌ إِبْرَاهِيمُ بْنُ الحَجَّاجِ: ثِقَةٌ رَوَى لَهُ النَّسَائِيُّ، وَبَاقِي رِجَالِهِ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ.
“ Sanadnya Shahih . Ibrahim bin al-Hajjaaj itu Tsiqoh , dan sisa para perawinya sesuai dengan syarat Imam Muslim “.
LAFADZ DALAM RIWAYAT IMAM MUSLIM :
Dari Abu Barzah Al-Aslami Nadhlah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan :
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، كانَ في مَغْزًى له، فأفَاءَ اللَّهُ عليه، فَقالَ لأَصْحَابِهِ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: نَعَمْ، فُلَانًا، وَفُلَانًا، وَفُلَانًا، ثُمَّ قالَ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: نَعَمْ، فُلَانًا، وَفُلَانًا، وَفُلَانًا، ثُمَّ قالَ: هلْ تَفْقِدُونَ مِن أَحَدٍ؟ قالوا: لَا، قالَ: لَكِنِّي أَفْقِدُ جُلَيْبِيبًا، فَاطْلُبُوهُ فَطُلِبَ في القَتْلَى، فَوَجَدُوهُ إلى جَنْبِ سَبْعَةٍ قدْ قَتَلَهُمْ، ثُمَّ قَتَلُوهُ، فأتَى النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَوَقَفَ عليه، فَقالَ: قَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ هذا مِنِّي وَأَنَا منه، هذا مِنِّي وَأَنَا منه قالَ: فَوَضَعَهُ علَى سَاعِدَيْهِ ليسَ له إلَّا سَاعِدَا النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، قالَ: فَحُفِرَ له وَوُضِعَ في قَبْرِهِ، وَلَمْ يَذْكُرْ غَسْلًا.
bahwa Rosulullah (ﷺ) saat itu berada di medan perang yang Allah berikan kepadanya harta rampasan perang. Dia berkata kepada para sahabatnya:
Apakah ada seseorang yang hilang di antara kalian?
Mereka berkata: fulan , fulan dan fulan.
Beliau ﷺ berkata lagi : Apakah ada orang yang hilang di antara kamu?
Mereka berkata: fulan , fulan dan fulan.
Kemudian beliau ﷺ berkata lagi : “ Apakah ada orang yang hilang di antara kalian ?
Mereka berkata: “Tidak “.
Kemudian Beliau ﷺ berkata : “Tapi aku kehilngan Julaibib, kalian carilah dia !”.
Maka dicarilah di antara orang-orang yang telah terbunuh dan mereka menemukannya di samping tujuh (mayat musuh ) yang terbunuh olehnya.
Lalu Rosulullah (ﷺ) datang ke sana dan berdiri (di sisinya) dan berkata :
قَتَلَ سَبْعَةً، ثُمَّ قَتَلُوهُ هذا مِنِّي وَأَنَا منه، هذا مِنِّي وَأَنَا منه
“Dia membunuh tujuh (orang). Kemudian (lawan-lawannya) membunuhnya. Dia milikku dan aku miliknya “.
Beliau kemudian meletakkannya di atas kedua lengan tangannya dan tidak ada lengan yang lain yang mengangkatnya kecuali dua lengan Rosulullah (ﷺ).
Kemudian kuburan digali untuknya dan dia ditempatkan di kuburan .
Tidak disebutkan bahwa dia dimandikan. ( HR. Imam Muslim no. 2472 ) .
******
PEMBAHASAN KE EMPAT :
KEZUHUDAN NABI ﷺ , PADAHAL BELIAU ﷺ SANGAT MAMPU
BISMILLAH
Nabi Muhammad ﷺ manusia yang paling zuhud di dunia .
Kezuhudan beliau ﷺ adalah pilihan, kalau beliau mau niscaya Allah SWT akan menjadikan sebuah gunung berubah menjadi emas. Allah Azza wa Jalla telah menaklukkan bagi beliau banyak negeri, Allah SWT juga telah menjadikan 1/5 harta rampasan menjadi hak beliau, beliau juga memiliki setengah dari pertanian di Khoibar, namun pada saat yang sama beliau selalu bersedekah dengan harta yang datang kepada beliau, beliau tetap memilih untuk tidur dengan alas tanah, bahkan pernah tidak mendapatkan apapun untuk dimakan.
Pada saat sebagian orang membicarakan tentang pembagian ghanimah (harta rampasan) maka Nabi ﷺ bersabda:
(إِنَّهُ لَيْسَ لِي مِنْ هَذَا الْفَيْءِ شَيْءٌ، إِلَّا الْخُمُسَ ، وَالْخُمُسُ مَرْدُودٌ عَلَيْكُمْ)
“Bahwa saya sebenarnya tidak mendapatkan apapun dari al-fai’ (harta rampasan dengan damai) ini kecuali 1/5, dan 1/5 tersebut pun dikembalikan kepada kalian semua”. (HR. Abu Daud: 2694 dan dishahihkam oleh al Baani dalam Shahih Abu Daud)
Yaitu; bahwa 1/5 yang menjadi hak beliau dari ghanimah yang ada, beliau tidak mengambilnya untuk kebutuhan pribadi, akan tetapi beliau sedekahkan kepada kaum muslimin.
Rasulullah ﷺ juga sering berdoa dengan mengatakan:
( اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا )
“Ya Allah, jadikan rizeki keluarga Muhammad sebagai makanan”. (HR. Muslim: 1055)
Beliau meminta kepada Allah agar Memberinya rizeki sesuai dengan kebutuhan, Rasulullah tidak pernah meminta lebih dari itu, berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan tentang kezuhudan Nabi ﷺ:
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata:
"مَا شَبِعَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ تِبَاعًا مِنْ خُبْزِ بُرٍّ حَتَّى مَضَى لِسَبِيلِهِ".
“Rasulullah ﷺ tidak merasa kenyang selama tiga hari, hanya cukup dengan roti dari gandum dengan kualitas sedang untuk beraktifitas”. (HR. Bukhori: 5374 dan Muslim: 2970)
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga pernah berkata:
"إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ، ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ ، وَمَا أُوقِدَ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ نَارٌ ، فسئلت : فَمَا كَانَ يُعَيِّشُكُمْ ؟ قَالَتْ : الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ ، إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ جِيرَانٌ مِنْ الْأَنْصَارِ وَكَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ ، فَكَانُوا يُرْسِلُونَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِنْ أَلْبَانِهَا فَيَسْقِينَاهُ".
“Sungguh pada saat kami melihat hilal, hilal dan hilal sebanyak tiga kali dalam dua bulan, selama itu rumah-rumah Nabi ﷺ tidak ada yang tungku api yang menyala, seraya saya ditanya : “Apa yang menjadikan kalian semua bertahan hidup ?”,
‘Aisyah menjawab: “Al aswadan” kurma dan air, namun Rasulullah ﷺ mempunyai tetangga dari orang-orang Anshor yang mempunyai onta yang susunya penuh. Mereka mengirimkan kepada Rasulullah ﷺ susu tersebut maka kami semua meminumnya”. (HR. Bukhori: 2567 dan Muslim: 2972)
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga pernah berkata:
"تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَمَا فِي رَفِّي مِنْ شَيْءٍ يَأْكُلُهُ ذُو كَبِدٍ إِلَّا شَطْرُ شَعِيرٍ"
“Pada saat Rasulullah ﷺ meninggal dunia, di rak almariku tidak ada apa-apa yang bisa dimakan, kecuali beberapa gandum dengan kualitas rendah”. (HR. Bukhori: 3097 dan Muslim: 2973)
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga berkata:
"لَقَدْ مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَمَا شَبِعَ مِنْ خُبْزٍ وَزَيْتٍ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ".
“Pada saat Rasulullah ﷺ meninggal dunia beliau tidak mendapatkan sepotong roti dan minyak dalam satu hari, dan itu terulang dua kali”. (HR. Muslim: 2974)
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata:
"ذَكَرَ عُمَرُ مَا أَصَابَ النَّاسُ مِنْ الدُّنْيَا فَقَالَ : لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَظَلُّ الْيَوْمَ يَلْتَوِي مَا يَجِدُ دَقَلًا يَمْلَأُ بِهِ بَطْنَهُ". الدقل : رديء التمر .
“Umar telah menyebutkan apa yang telah menimpa manusia dari dunia ini dan berkata: “Saya telah melihat Rasulullah ﷺ agak sempoyongan karena hanya makan kurma dengan kualitas rendah sekedar untuk mengisi perutnya”. (HR. Muslim: 2978)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu :
"مَا أَكَلَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم خُبْزًا مُرَقَّقًا ، وَلاَ شَاةً مَسْمُوطَةً حَتَّى لَقِىَ اللَّهَ". مسموطة : أي : مشوية.
“Nabi ﷺ tidak pernah memakan roti yang lembut, tidak juga daging kambing bakar sampai beliau menghadap Allah”. (HR. Bukhori: 5385)
Dari Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma- berkata:
"كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَبِيتُ اللَّيَالِي الْمُتَتَابِعَةَ طَاوِيًا ، وَأَهْلُهُ لاَ يَجِدُونَ عَشَاءً ، وَكَانَ أَكْثَرُ خُبْزِهِمْ خُبْزَ الشَّعِيرِ".
“Bahwa Rasulullah ﷺ bermalam beberapa malam secara berturut-turut dengan keadaan menahan lapar, keluarganya tidak mendapatkan makan malam bagi beliau, dan rata-rata roti yang mereka makan adalah roti gandum dengan kualitas rendah”. (HR. Tirmidzi: 2360 dan dihasankan oleh al Baani dalam Shahih Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :
(أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْبِطُ عَلَى بَطْنِهِ الْحَجَرَ مِنَ الْغَرَثِ – يَعْنِي الْجُوعَ -)
“Bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengikat perutnya dengan batu untuk menahan rasa lapar”. (HR. Ibnul Arabi dalam al Mu’jam: 21 dan dihasankan oleh al Baani dalam “السلسلة الصحيحة”: 1615)
‘Amr bin Harits radhiyallahu ‘anhu berkata:
"مَا تَرَكَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِلاَّ سِلاَحَهُ وَبَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ ، وَأَرْضًا تَرَكَهَا صَدَقَةً"
“Nabi ﷺ tidak meninggalkan kecuali senjatanya dan tunggangannya yang dari peranakan kuda dan keledai berwarna putih, dan sebidang tanah yang beliau tinggalkan sebagai sedekah”. (HR. Bukhori: 3098)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
"نَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ ، فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ لَوِ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً ؟ فَقَالَ : مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا".
“Rasulullah ﷺ tidurnya di atas tikar, pada saat beliau terbangun membekas di tubuh beliau bagian samping, maka kami berkata:
“Wahai Rasulullah, kalau anda mau akan kami sediakan bagi anda tempat tidur yang nyaman?”.
Seraya beliau bersabda: “Buat apa dunia bagi saya ?!, tidaklah saya di dunia ini kecuali seperti seorang musafir yang sedang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya”.
(HR. Tirmidzi: 2377 dan dishahihkan oleh al Baani dalam Silsilah Ahadits Shahihah: 438)
Dari Ibnu Abbas ia berkata;
تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَلَاثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَخَذَهُ طَعَامًا لِأَهْلِهِ
Rasulullah ﷺ meninggal dunia, sementara baju besinya tergadai di tangan seorang yahudi, dengan harga tiga puluh sha' gandum, beliau (gadaikan) untuk memberi makan keluarga beliau.
( HR. Bukhori no. 2700 & 4107 , Imam Ahmad no. 3234 , an-Nasaa’i no. 4572 dan Ibnu Majah no. 2429 . Lafadz ini adalah lafadz Imam Ahmad dan an-Nasaa’i ).
Hadits-hadits tentang kezuhudan beliau di dunia begitu banyak . Semoga hadits-hadits yang penulis sebutkan di atas bermanfaat bagi kita semua . Amiiin
Wallahu a’lam.
0 Komentar